“ Kok nyuruh anaknya doang yang shalat, Umi nggak shalat ? “ ungkap Fadllan saat melihat saya mengambil sejadah, dengan tidak mengenakan mukenah seperti biasanya.
Sambil kebingungan, jawaban apa yang harus saya berikan, sayapun pelan-pelan mencari celah untuk mengalihkan perhatiaanya, tentu sambil mencari jawaban. Akhirnya saya mengajak Fadllan untuk melihat sebuah majalah, untung saja ada gambar perempuan yang sedang memegangi perutnya, karena kesakitan menahan perih saat datang bulan / menstruasi.
Tapi, sebelum saya bercerita lebih banyak, Fadllan sudah langsung menyambar saja, ternyata dia sudah tidak tahan lagi untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang sejak tadi belum saya jawab.
Jika saya salah jawab, pasti dampaknya akan besar terhadap anak saya. Apalagi Fadllan anak laki-laki. Sedangkan usia seperti Fadllan adalah usia dimana mereka butuh jawaban yang kongkrit, yang pas, dan tentu harus sesuai dengan nalar mereka. Tidak baik juga, jika kita memberikan jawaban yang menyimpang dari arti sebenarnya. Sebab, bisa jadi, sampai dewasa yang melekat dalam pikiran mereka, dan ketika ada yang bertanya, ia pun akan menjelaskan pada orang lain seperti apa yang ia dengarnya hari ini.
Namun, dengan jawaban yang benar- benar detail / jawaban sesungguhnya, yang belum terjangkau oleh nalar mereka, tentu ini juga akan menyulitkan si anak nantinya. Kemas jawaban dengan sedikit indah, tanpa harus memusingkan kepala si anak lagi.
“ Umi sedang haid, nak “ jawabku dengan sambil mengajak Fadllan melihat gambar perempuan tadi.
,
“ Haid itu apa sih, Mi ?” Tanyanya lagi
“ Haid itu, keluarnya darah dari kemaluan seorang perempuan, mulai umur perempuan itu 9 tahun sampai sebesar umi dan setua mbah, nak . Kalau darah itu keluar, berarti umi saat itu tidak boleh shalat, puasa, dan membaca alqur’an sampai benar-benar darah itu tidak keluar lagi “ jawab saya
“ Sampai umi sembuh ?, Pasti sekarang perut umi sakit ya seperti perempuan ini ?” Tanyanya bertubi-tubi. Sambil melihat gambar perempuan yang saya perlihatkan tadi.
“ Iya sayang “
“ Darahnya banyak nggak, coba lihat Mi !” pinta Fadllan
No comments:
Post a Comment