Friday, July 8, 2011

Mengukir CINTA....



Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak, budi pekerti Rasulullah tercinta. Tidak ada satu perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau, melainkan berasal dari wahyu Illahi. Prilaku, kepribadian beliau sungguh begitu mempesona. Bahasa yang indah, tutur katanya yang lembut, bahkan tatapan matanya penuh dengan cinta. Pantas saja jika seorang istri beliau Siti Aisyah ra mengatakan akhlaq Rasulullah adalah Al – quran. Rasulullah SAW adalah  sosok mandiri dengan sifat tawadhu’ yang tiada tandingannya.

Rasulullah SAW adalah nabi terbaik bagi umatnya. Suami yang baik bagi istri – istrinya. Ayah teladan bagi anak – anaknya. Kakek yang berwibawa bagi cucu – cucunya. Dan beliau adalah Murrabi ( guru )  bagi umat manusia yang senantiasa mencari nur Illahi,  agar bahagia di dunia juga akhiratnya. Karena di dalam diri beliau terdapat suri tauladan yang baik.

Menurut Imam Al – Ghazali, anak adalah seperti butir permata yang belum di gilap. Ibu bapaknya yang akan mencanai dan menggilapnya sehingga menjadi permata yang indah dan berkilau.

1. Menyayangi atau mencintai anak.

Islam telah mengajarkan kita untuk saling kasih mengasihi kepada siapapun. Sesungguhnya memberikan kasih sayang dan kelembutan kepada anak merupakan bagian dari sifat kenabian. Ia adalah salah satu jalan menuju syurga dan kesuksesan meraih ridha Allah swt.

Ibnu ‘Asakir meriwayatkan bahwa Anas ra. Berkata,
” Rasulullah saw. Adalah orang yang paling mengasihi dan menyayangi anak – anak dan orang miskin. ”

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Anas ra, berkata
“ Ada seorang wanita datang kepada ‘Aisyah ra. Maka ia (‘Aisyah ) memberikannya tiga butir korma. Maka wanita tersebut memberikan kepada tiap anaknya satu buah korma, dan  satu buah untuk dirinya. Setelah keduanya anaknya memakan buah korma tadi, mereka memandangi ibunya. Dan sang ibu merasakan kedua anaknya meminta korma yang di bawanya. Maka ia membagi kurma tersebut menjadi dua untuk anaknya. Setelah Nabi saw tiba, ‘Aisyah ra menceritakan peristiwa yang baru terjadi, maka Rasulullah saw bersabda,“ Sungguh mengagumkan perbuatan tersebut. Dan, sungguh Allah swt menyayanginya sebagaimana ia menyayangi anaknya. “

Menyayangi / mencintai anak, sangat di anjurkan bahkan menjadi wajib hukumnya bagi orang tua untuk menyayangi anak – anaknya. Namun, kecintaan kepada anak ada batasnya, begitupun kecintaan orang tua terhadap anaknya. Kecintaan ini di batasi, ketika kecintaan anak dan orang tua bertentangan dengan perintah Allah dan Rasulnya.



Bersikap menyayangi atau mencintai anak dengan porsi yang pas, agar niat awal kita menyayangi tidak berubah menjadi ”memanjakan”. Memberikan kecintaan kepada anak secara proposional atau tawazun, tidak berlebihan dan tidak juga menelantarkan.

2. Mencium Anak
Ciuman berperan aktif dalam menggerakkan perasaan dan kejiwaan anak, sebagaimana ia mempunyai peran besar dalam menenangkan gejolak dan gelora jiwa anak serta kemarahannya. Selain itu, ciuman akan melahirkan ikatan yang kuat dalam menumbuhkan rasa kasih sayang antara yang tua dan yang lebih muda.

Ciuman merupakan dalil adanya perasaan kasih sayang dalam hati kepada anakyang sedang tumbuh. Ia adalah bukti dari kerendahan hati orang yang lebih besar kepada yang kecil. Ia merupakan penerang cahaya penerang dalam hati anak, melapangkan jiwanya, dan menambah semangat interaksinya dengan orang yang di sekitarnya. Dari semua itu, ciuman pada intinya adalah sunnah Rasulullah saw, dalam bergaul dengan anak – anak.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa ’Aisyah ra.  berkata,
” Bebarapa orang Arab Badui datang kepada Rasulullah  saw. Mereka bertanya, kalian mencium anak – anak kalian ?, ”ya”  jawabRasulullah saw. Tapi kami, demi Allah, sekali – kali tidak pernah mencium mereka (anak – anak kami)”
Maka Rasulullah saw. bersabda,” Saya tidak memiliki kekuatan. Sekiranya Allah swt. mencabut perasaan kasih sayang dari hati kalian.”



Ciuman hangat dari kedua orang tua pada si buah hatinya, secara tidak langsung, dapat mengasah kecerdasan emosi bagi sang anak. Tidak hanya ciuman, namun pelukan atau belaian dan kata-kata lembut juga dapat menstimulasi kecerdasan emosi sang anak. Yang dimaksud di sini adalah ciuman yang menunjukkan rasa kasih sayang pada anak.

Ciuman dan pujian adalah bentuk penghargaan terhadap anak. Dengan begitu, anak akan merasa sangat dihargai oleh orang tuanya, dan memacunya untuk melakukan hal positif.

3. Memberi hadiah kepada Anak kecil
Hadiah atau penghargaan mempunyai pengaruh yang baik pada diri manusia secara umum. Pada diri seorang anak, hal ini akan lebih berpengaruh dan bermanfaat. Rasulullah saw. sendiri  meletakkan kaidah dalam mencintai sesama, dengan nasihatnya

Tahaaduu tahaabbuu
” Saling memberi hadiahlah, maka kalian akan saling mencintai. ”

Abu Dawud meriwayatkan bahwa ’ Aisyah ra. berkata,
” Ada beberapa hadiah kiriman dari Najadyi. Di dalamnya ada cincin emas dan batu cincin dari Habasyah. Rasulullah saw. Mengambil dengan kayu atau dengan beberapa jarinya, kemudian memanggil cucunya, Umammah binti Abil Ashdari anaknya Zainab, dan berkata, berhiaslah dengan ini wahai cucuku. “
  
Reward atau hadiah / penghargaan tidak hanya berupa benda. Reward atau penghargaan dapat pula di berikan dengan kata – kata yang indah, kata – kata yang mampu membuat anak – anak merasa di perhatikan dan merasa di sayang oleh orang tuanya.

Reward menjadi salah satu bagian dalam dunia pendidikan anak. Namun sayang, terkadang orang tua tidak menyadari bahwa reward yang tidak benar dapat menjadi bumerang bagi orang tua dan anak itu sendiri.

4. Berkata benar dan tidak berbohong dengan anak kecil.

Berkata benar, tidak brbohong atau berprilaku jujur merupakan bagian pokok prinsip akhlak islami, yang membutuhkan keseriusan dalam menanamkannya dalam diri anak. Rasulullah saw sendiri begitu besar memberikan perhatiannya pada prilaku ini. Beliau memperhatikan bagaimana pola interaksi orang tua dengan anaknya. Hal ini di tunjukan untuk mencegah terjatuhnya orang tua pada prilaku dusta kepada anak.

 Dan, Nabi saw. meletakkan kaidah umum ” Anak adalah manusia. Ia memiliki hak – hak sebagaimana manusia lainnya. Tidak di benarkan orang tua menipunya dengan cara apa pun dan juga bersikap acuh dalam interaksi dengannya. ”

Abu Dawud meriwayatkan bahwa Abdullah Ibnu Amir berkata, ” Suatu hari ibuku memanggilku dan saat itu rasulullah saw sedang berada di rumahku.

” Ibuku berkata, ” Kemarilah, saya akan memberimu sesuatu.” maka Rasulullah saw. berkata kepada ibuku, ” Apa yang ingin kamu berikan?” Ibuku berkata, ” Aku ingin memberinya kurma.” Rasulullah saw. kembali berkata kepadanya, ” adapun kamu, jika ternyata tidak memberikan apa – apa, maka kamu tertulis melakukan kedustaan.”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah  saw, beliau bersabda,
” Barang siapa berkata kepada seorang anak, kemarilah, aku akan memberikan sesuatu. Kemudian ia tidak memberinya, maka ia di tulis melakukan kebohongan.”

Berkata jujur, benar, tidak mengelabui artinya berkata benar sekaligus tidak menutupi kebenaran. Agar kita bisa berkata benar, perkataan kita harus sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dengan mengungkapkan kebenaran pada waktu yang tepat.

Apabila kita berbohong kepada anak kita dan menutupi kebenaran dengan kata-kata yang kabur atau mengelabui, anak akan merasa ditipu dan dikhianati sehingga anak akan mulai belajar tidak mempercayai orangtuanya. Semakin besar ketidak percayaan anak semakin sulit anak mempercayai dan menerima kata-kata orangtuanya sekalipun kata-kata itu merupakan nasihat orangtua yang tulus dan jujur.

Kita memilih berbicara bohong atau tidak jujur kepada anak kita hanya karena ketakutan yang kita ciptakan sendiri atau karena tak sanggup membayangkan kerepotan sesaat yang bakal ditimbulkan anak kita padahal anak bisa lebih marah saat tahu mereka dibohongi.

 Kalau kita bicara jujur belum tentu mereka akan marah jika kita berbicara dengan cara yang benar, dengan lembut dan penuh kasih sayang mungkin mereka akan lebih mengerti. Kita takut mereka menangis dengan berkata benar padahal tanpa kita sadari kita justru membuat anak kita lebih sering menangis dengan membohonginya. Atau diam-diam mereka malah akan menggunakan tangis sebagai senjatanya untuk mendapatkan segala keinginan dari kita orangtuanya.

JANGAN BIARKAN MASA MELIBAS  KEBAHAGIAN MEREKA (PUTRA - PUTRI KITA).  HINGGA SAMPAI DEWASA  TERUKIR DALAM BENAKNYA, BAHWASANYA ORANG TUANYA TAK PERNAH MEMBERIKAN CINTA UNTUKNYA.

KARENA MEREKA JUGA MANUSIA, BUTUH CINTA SEPERTI KITA.....

TENTU CINTA YANG MAMPU MEMBUATNYA BAHAGIA, YANG MAMPU MEMBUATNYA TERSENYUM, HINGGA MASA TAK LAGI BERSAMA MEREKA.

"  BARANG SIAPA YANG TIDAK MENCINTAI, MAKA IA TAK AKAN DI CINTAI "

BERIKAN YANG TERBAIK, UNTUK HASIL YANG LEBIH BAIK. HINGGA PADA AKHIRNYA
" Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa ke dua orang tua ku, sayangilah mereka seperti mereka  menyayangi ku sejak dari kecil "
Benar - benar tercurah untuk kita, sebagai orang tuanya.

AYAH (Karya Oriza Sativa)

Abi  anak-anak saya  Ayah.. Siang Malam Panas Dan Hujan Kau Tak Berhenti Mencari Rezeki Demi… Aku Anakmu Ayah.. Kau aja...