Saturday, April 23, 2011

Tulisanku di Kartini Masa Kini...(penyelenggara Honda One Heart )

Banyak yang berjuang, namun tidak banyak orang di bilang sebagai PAHLAWAN. Meski begitu, langkah kakiku  tak akan surut untuk membuktikan.
RA Karrtini adalah pendekar bangsa, pendekar kaumnya. Namanya harum bak bunga kasturi. Karena kata-katanya, karena kesederhanaan sikapnya mampu membuat  namanya abadi di negri ini,  saya yakin nama dan jasanya tak akan lekang dimakan jaman. Meski kita tak berkenalan langsung, tapi saya merasa   beliau begitu dekat bersama kita.
 Jika Perempuan Indonesia masih banyak tidak di bilang sebagai pahlawan dan sebagai perempuan tangguh, jangan bersedih teman...! Mungkin memang belum waktunya, nama kita membuming di negri Gemah ripah Lo Jinawi ini. Sematkan dalam hati, bahwasanya berjuang untuk negri, harus berawal dari diri sendiri, keluarga,  barulah untuk negri. Jika tidak mampu, jadikan diri kita sebagai pahlawan untuk keluarga, bukankah ini juga mulia...?
Sedikit bercerita tentang perjuangan saya. Aku seorang ibu dari anak bernama Fadllan dan Haya. Pekerjaan....?, selain tugas utama seorang Ibu rumah tangga, Senin hingga Jum’at  mengabdi kepada negara untuk menjadi seorang pendidik di sebuah sekolah Pendidikan Anak Usia Dini di kotaku. Ini merupakan cita-cita saya sejak kecil.
Sabtu dan Ahad keluar rumah untuk menyelesaikan study S1 di sebuah perguruan swasta di kota Serang ini. Meski baru sekarang bisa mengenyam pendidikan S1, saya merasa bangga bisa melakukan itu. Saya yakin jika Kartini masih ada bersama kita, beliau akan menganggukkan kepala dan megangkat kedua jempolnya untuk saya. Tanda kebanggaannya untuk perempuan Indonesia yang menganggap usia bukanlah penghalang untuk mengenyam sebuah pendidikan. Bukankah dalam hadist telah dikatakan
” Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang muslim”,
Serta yang menguatkan hati saya untuk mencari ilmu ketika membaca hadist berikut ini. Dari Abu Darda' r.a., katanya: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda
"Sesiapa menempuh suatu jalan untuk mencari sesuatu ilmu pengetahuan di situ, maka Allah akan memudahkan untuknya suatu jalan menuju syurga."
SubhanaAllah...begitu jelasnya Allah memerintahkan setiap orang untuk menuntut ilmu. Wajar saja jika perjuangan pertama yang dilakukan Kartini adalah pembebasan perempuan Indonesia dari kebodohan. Bagaimana mungkin perempuan-perempuan Indonesia akan mengasilkan keturunan yang cerdas, yang mengindahkan bumi dengan akhlaq dan kecerdasan yang di milikinya, jika ibunya menjadi perempuan yang minim akan ilmu.
Selain itu juga saya aktif di organisasi di lingkungan rumah. Karena di amanatkan untuk menjadi ketua bidang Perempuan dan Anak. Mau tidak mau saya banyak bergaul dan mengenal ibu-ibu di komplek ini. Dengan begitu, saya harus pandai memilah dan memilih, serta mengambil sikap dengan bijak ketika ada suatu masalah. Ntah, apa yang menjadi pandangan mereka terhadapku, hingga aku di tunjuk untuk menggerakkan organisasi ini. Bagi saya, ini adalah sebuah amanat yang harus harus di tunaikan.
Sekali lagi, kegiatan saya di rumah masih ada hubungan dengan tugas ku sebagai guru. Saya tahu bahwasanya seorang guru tidak hanya di sekolah, ia harus mampu menjadi guru dalam masyarakatnya.
Tanpa disadari Karier dan tugas utama saya sebagai ibu rumah tangga, telah memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Saya seorang ibu harus memiliki ilmu tentang pendidikan anak dan menjadi ibu yang baik bagi anak-anak dan keluarga saya. Hingga pada akhirnya mampu mencetak generasi yang sholeh, dan cerdas dgn kalimat LA ILLAH HA ILLAALLAH. Saya seorang guru harus mempunyai ilmu mengajar dan mendidik anak bangsa agar cerdas dan berakhlaq mulia. Saya seorang ketua di suatu bidang organisasi, harus cerdas akal cerdas hati, berwawasan luas, dan mampu mempunyai jiwa kepemimpinan, mampu membijaki setiap masalah yang ada. Ilmu yang ku dapat di  Pendidikan Anak Usia Dini, tanpa kusadari telah membantu aku. Dan mencover tugas ku sebagai Ibu dan menjadi seorang guru.
Lalu, pantaskah saya di bilang Kartini masa kini...??
Saya sadar, bahwasanya perjuangan saya tidak sehebat ibu KARTINI, tapi bagi saya, saya adalah titisan Kartini. Dengan belajar dari sejarah RA KARTINI, ingin ku buat sejarah baru tentang RA KARTINI masa kini.....mulai saat ini, mulai detik ini.  SELAMAT HARI KARTINI, UNTUK KARTINI-KARTINI MASA KINI....cerdasakan anak bangsa dengan tangan kita sendiri, dengan akhlaq dan budi pekerti...

Mari Kenali Gaya Belajar Anak Kita...!

Gaya Belajar Anak,  Anak Memiliki Modalitas Beragam

Tidak semua orang memproses informasi dengan cara yang sama. Itu sebabnya kita perlu mengetahui bagaimana gaya bekerja otak diterjemahkan ke dalam gaya belajar yang berbeda-beda pula. Para orangtua dapat mengetahui potensi dan gaya belajar anak secara detil dengan melakukan tes potensi dan bakat  anak.

Dengan mengenal perbedaan gaya-gaya yang mendasar ini, orangtua dan guru akan lebih mudah menemukan referensi gaya belajar yang paling efektif untuk anak atau siswa didiknya.Orang tua harus menyadari bahwasanya setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda untuk mengembangkan potensinya. Potensi anak itu berada dalam satu kotak yang tertutup, untuk membuka kotak tersebut kita perlu kuncinya. Kunci yang dimaksud, bagaimana orangtua dapat memahami gaya belajar anak, sehingga tidak cemas ketika melihat anaknya tampak  santai jika tidak belajar. Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya melalui pengalaman hidup. Yang pasti semua orang belajar melalui alat inderawi, baik pengelihatan, pendengaran maupun kinestetik.

Psikologi pendidikan meyakini bahwa setiap orang memiliki kekuatan belajar atau modalitas belajar.  SEmakin baik kita mengenal modalitas belajar kita, maka akan semakin mudah dan lebih percaya diri dalam menguasai suatu keterampilan dan konsep-konsep dalam hidup.

Belajar berawal dari rumah !. Anak belajar dari apa yang ia lihat, ia dengar dan ia sentuh. Satu dari saluran inderawi – visual, auditori dan kinestetik adalah salah satu cara untuk belajar dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi cara belajar anak adalah persepsi, bagaimana dia memperoleh makna dari lingkungan. Persepsi diawali dari lima indera, mendengar, melihat, mencium, mengecap, dan  merasa.
 
Di dunia pendidikan, istilah modalitas mengacu khusus untuk penglihatan, pendengaran dan kinestetik.  Modalitas visual  menyangkut penglihatan dan bayangan mental. Modalitas pendengaran merujuk pada pendengaran dan pembicaraan.  Modalitas kinestetik merujuk gerakan besar dan kecil.

  • Salah satu tanda mengenali gaya belajar seseorang melalui kalimat yang ia gunakan. Tipe visual ia akan berbicara “ Bunda, lihat muka haya dong jika mau berbicara sesuatu “.
  • Tipe Auditori mengatakan “ Bunda, dengerin, aku mau cerita.”
  • Tipe kinestetik cenderung berbicara sangat singkat, bahkan tanpa komentar apapun.

Tanpa disadari gaya belajar mempengaruhi seseorang untuk memilih tempat duduk.
  • Tipe visual lebih memilih baris yang di depan
  • Tipe Auditorial cenderung memilih barisan yang di tengah-tengah
  • Tipe kinestetik lebih memilih duduk di samping kanan dekat pintu. Mereka akan segera melarikan diri jika menurut mereka itu tidak perlu mendengarkan.

Mengamati gaya anak-anak dalam beraktivitas tidaklah sulit. Namun tahukah kita bahwa gaya setiap anak dalam beraktivitas adalah cerminan dari gaya belajar mereka. Oleh karena itu, jika kita sudah bisa mendeteksi kecenderungan mereka dalam beraktivitas, hal itu akan sangat membantu kita dalam memilih model belajar paling tepat bagi mereka.

Apa yang harus dilakukan oleh orangtua / guru ?. Dengan memahami gaya belajar anak, berarti akan membuat anak lebih bahagia. Karena respon orangtua / guru terhadap kebutuhannya tepat.

Bagi anak yang belajar dengan gaya belajar kinestetik, maka orangtua / guru diharapkan aktif bersikap fisik. Anak tau mau buang waktu untuk berbicara dan cenderung langsung mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Anak sangat enegik dan akan selalu berada dibarisan paling depan.

Jika mendengar musik dia bergoyang sesuai irama. Dan jika diajak jalan-jalan tangannya mencoba  menyentuh apa saja.

Bagi anak dengan gaya belajar visual, anak akan terpaku mengamati sesuatu. Dia penuh rasa ingin tahu terhadap hal baru. Orangtua dapat memberikan kesempatan melalui gambar-gambar. Berbagai perlengkapan seperti papan tulis, krayon,  cat air, spidol, gunting bisa disiapkan untuknya, termasuk mainan boneka yang dapat diganti pakainnya.  Mereka tidak membutuhkan perkataan panjang lebar, tetapi cukup mencontoh perbuatan orangtua / guru.

Peraturan bagi orangtua :
  1. Sadari tipe gaya belajar anak, visual, Auditori, kinestetek atau kombinasi.
  2. Sadari tipe gaya belajar diri. Orangtua bisa saja memiliki gaya belajar berbeda dengan anaknya.
  3. Penuhi anak dengan kesempatan agar dia berhasil dalam modalitas yang dimilikinya.
  4. Disiplin dan diberi hadiah sesuai dengan gaya belajarnya
  5. Selalu melihat posisi terbaik yang dimiliki anak untuk dikembangkan
  6. Bantulah anak untuk menggunakan strategi modalitas untuk menguasai berbagai keterampilan dan konsep lainnya.

Thomas Amstrong memilah gaya belajar setiap orang menjadi tiga: Visual, Auditori, dan Kinestetik (Haptik).

Karakteristik Gaya Belajar
a. Visual (Gaya belajar melalui pengamatan : mengamati peragaan )
  • Membaca, menyukai deskripsi, sehingga seringkali ditengah-tengah membaca berhenti untuk membayangkan apa yang dibacanya.
  • Mengeja, mengenal huruf melalui rangkaian kata yang tertulis.
  • Menulis, hasil tulisan cenderung baik, rapi dan terbaca dengan jelas
  • Ingatan, ingat muka lupa nama, selalu menulis apa saja
  • Distrakbilitas, lebih mudah terpecah perhatiannya jika ada gambar
  • Pemecahan, menulis semua yang dipikirkan dalam satu daftar
  • Respon terhadap periode kosong aktivitas. Jalan-jalan melihat sesuatu yang dapat dilihat
  • Respon untuk situasi baru, melihat sekeliling dengan mengamati struktur
  • Emosi, mudah menangis dan marah, tampil ekspresif
  • Komunikasi, tenang tak banyak bicara panjang, tak sabaran mendengar, lebih banyak mengamati
  • Penampilan, rapi, paduan warna senada, dan suka urutan
  • Respon terhadap seni, apresiasi terhadap seni apa saja yang dilihatnya secara mendalam dengan detil dan komponen.
Cara menstimulasi:
  • Gunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis bisa berupa film, slide, ilustrasi, coretan, atau kartu-kartu gambar berseri yang bisa dipakai untuk menjelaskan informasi secara berurutan. Mintalah anak untuk menghapal dengan membayangkan obyek atau materi yang sedang dipelajarinya.

b.  Auditori (gaya belajar melalui instruktur dari orang lain)
  • Membaca, menikmati percakapan dan tidak mempedulikan ilustrasi yang ada.
  • Mengeja, menggunakan pendekatan melalui bunyi kata
  • Menulis, hasil tulisan cenderung tipis, seadanya
  • Mengingat, ingat nama lupa muka, ingatan melalui pengulangan
  • Imajinasi, tak mepedulikan yang detil, lebih berpikir mengendalikan pendengaran
  • Distrakbilitas, mudah terpecah perhatiannya dengan suara.
  • Pemecahan, pemecahan masalah melalui lisan
  • Respon terhadap periode kosong aktivitas. Ngobrol atau berbicara sendiri
  • Respon untuk situasi baru, berbicara tentang pro dan kontra
  • Emosi, berteriak bila bahagia, mudah emledak tapi cepat reda, emosi tergambar melalui perubahan besarnya nada suara, dan tinggi rendahnya nada.
  • Komunikasi, senang mendengar dan cenderung repetitif dalam menjelaskan
  • Penampilan, tidak memperhatikan harmonisasi paduan warna dalam penampilan
  • Respon terhadap seni, lebih memilih musik. Kurang tertarik seni visual, namun siap berdiskusi sebagai karya keseluruhan, tidak berbicara secara detil dan komponen yang dilihatnya.
Cara menstimulasi:
  • Bekali anak dengan tape recorder untuk merekam semua materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Libatkan anak dalam kegiatan diskusi, coba bacakan informasi, kemudian meringkasnya dengan bentuk lisan dan direkam untuk selanjutnya diperdengarkan dan dipahami.

c.   Kinestetik (Belajar melalui melakukan secara langsung)
  • Membaca, lebih memiliki bacaan yang sejak awalsudah menunjukkan aksi
  • Mengeja, sulit mengeja sehingga cenderung menulis kata untuk memastikannya
  • Menulis, hasil tulisan ”nembus” dan ada tekanan kuat pada alat tulis sehingga menjadi sangat jelas terbaca
  • Mengingat, lebih ingat apa yang sudah dilakukan, daripada apasaja yang baru dilihat dan dirasakan.
  • Imajinasi, imajinasi tak terlalu penting, lebih mengutamakan tindakana / kegiatan
  • Distrakbilitas, perhatian terpecah melalui pendengaran.
  • Pemecahan, pemecahan masalah melalui kegiatan fisik dan aktivitas.
  • Respon terhadap periode kosong aktivitas. Mencari kegiatan fisik bergerak.
  • Respon untuk situasi baru, mencoba sesuatu dengan meraba, merasakan dan memanipulasi
  • Emosi, melompat-lompat kalau gembira, memeluk, menepuk, dan gerakan tubuh keseluruhan sebagai luapan emosi.
  • Komunikasi, menggunakan gerakan kalau berbicara
  • Penampilan, rapi namun cepat berantakan karena aktivitas yang dilakukan
  • Respon terhadap seni, respon terhadap musik melalui gerakan. Lebih memiki patung, melukis yang melibatkan aktivitas gerakan.
Cara menstimulasi:
o       Bersekolah pada sekolah yang menganut sistem active learning di mana siswa banyak terlibat dalam proses belajar. Dengan begitu, kemampuannya dapat berkembang optimal. Untuk siswa yang memiliki kapasitas energi berlebih, sebaiknya diberikan aktivitas fisik, seperti kegiatan olahraga atau kesenian. Salurkan energi dengan memberikan kebebasan beraktivitas sebelum belajar, sehingga anak bisa duduk tenang selama belajar.

Prinsip perbedaan modalitas pada teori psikologi belajar menyebutkan bahwa seseorang memahami lingkungann dengan banyak cara dan cenderung memilih cara belajar yang disukainya  atau yang lebih kuat pengaruhnya bagi dirinya. Implikasi dari prinsip ini bahwa pendidik diharapkan tidak hanya menyelenggarakan kegiatan yang hanya mengandalkan satu jenis modalitas saja, tetapi diusahakan ada variasi metode dan media sehingga berbagai modalitas dan gaya belajar anak dapat terlayani dengan baik.

AYAH (Karya Oriza Sativa)

Abi  anak-anak saya  Ayah.. Siang Malam Panas Dan Hujan Kau Tak Berhenti Mencari Rezeki Demi… Aku Anakmu Ayah.. Kau aja...